ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU POST PARTUM 2 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS HJ. RUSMAWATI MARTAPURA
Kelas A
Semester IV
Disusun oleh Kelompok 3:
Anisa Maulida 032401SO8004
Darliana 032401SO8014
Dewi Rahayu CN 032401SO8016
Dewi Wahyunita 032401SO8017
Elis Setiawati 032401SO8029
Elya Hayati 032401SO8030
Farida Yuliani 032401SO8036
Hawariah 032401SO8041
Henny Apriliani 032401SO8045
Heny Novarita 032401SO8046
Masmudah Ambarsari 032401SO8074
AKADEMI KEBIDANAN MARTAPURA
YAYASAN KORPRI KABUPATEN BANJAR
2010
LANDASAN TEORI
BENDUNGAN ASI
A. Pengertian
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams). Pada versi lain bendungan air susu diartikan sebagai pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005:700).
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah:
- Pada kepenuhan fisiologis: payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
- Pada bendungan ASI: payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
B. Gejala [Prawirohardjo (2005)]
- Payudara terlihat bengkak
- Payudara terasa keras
- Payudara terasa panas
- Terdapat nyeri tekan pada payudara
C. Penyebab
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam.
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
D. Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:
1. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
2. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
3. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
E. Penanganan
1. Jika ibu menyusui:
- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2. Jika ibu tidak menyusui:
- Gunakan bra yang menopang
- Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
- Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
- Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fadlie. 2008. (http : //www.fadlie.web.id/Universitas-Panca-Bhakti-Pontianak/)
diakses tanggal 29 Maret 2010
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba. 1998. Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Henderson, Christine, dkk. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Asuhan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.
Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU POST PARTUM 2 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS HJ. RUSMAWATI MARTAPURA
I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Kamis / 7 Januari 2010
Jam : 08.00 WITA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. M
Umur : 19 tahun 21 tahun
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Sei. Paring RT. 01 Sei. Paring RT. 01
2. Keluhan Utama
Ibu nifas hari ke-2 mengeluh payudaranya terasa panas, bengkak, dan nyeri serta ASI belum keluar sejak bayi dilahirkan.
3. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : ± 28 hari
Lamanya : ± 7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti tella / hari
Dismenorhoe : Tidak pernah
4. Riwayat Persalinan Sekarang
Hari / tanggal : Selasa / 5 Januari 2010
Umur kehamilan : 40 minggu
Jenis persalinan : Spontan belakang kepala
Penolong persalinan : Bidan
Keadaan persalinan :
- Kala I
Pada hari Selasa tanggal 5 Januari 2010 jam 09.00 WITA, dilakukan pemeriksaan dalam VT ø 4 cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H III (4/5), ketuban belum pecah (+), DJJ 128x/menit, kontraksi 3 x dalam 10 menit dengan durasi 40 detik.
- Kala II
Pada jam 17.55 WITA, dilakukan pemeriksaan dalam VT ø 10 cm, pada jam 18.05 WITA ketuban pecah, his semakin sering dan teratur kemudian ibu dipimpin mengedan. Pada jam 18.40 WITA bayi lahir spontan belakang kepala dan langsung menangis dengan jenis kelamin perempuan, BB = 3200 gr, PB = 50 cm dan tidak ada cacat serta perdarahan ± 100 cc.
- Kala III
Pada jam 18.45 WITA plasenta lahir lengkap dengan selaputnya, kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat robekan jalan lahir dan perdarahan ± 100 cc.
- Kala IV
Observasi ± 2 jam dengan hasil pemantauan pada jam 19.30 WITA, TD = 120/80 mmHg, nadi = 88 x/menit, suhu = 370 C, respirasi 30 x/menit, uterus teraba bulat dan keras serta perdarahan ± 100 cc.
- Komplikasi persalinan
• Ibu : Tidak ada
• Bayi : Tidak ada
5. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti Tuberculosis (TBC), hepatitis, dan penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, serta ashma.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti Tuberculosis (TBC), hepatitis, dan penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, serta ashma.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Status Perkawinan
Kawin : Ya
Usia kawin : 18 tahun
Lama perkawinan : 1 tahun
Istri ke berapa : Ke-1 (Pertama)
b. Riwayat Keluarga Berencana
Metode : Pil
Lamanya : ± 6 bulan
Masalah : Tidak ada
Alasan Berhenti : Karena ingin punya keturunan
7. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur, dan buah
(bervariasi)
Porsi makan : 1-2 piring
Frekuensi : 3 kali sehari
Pantangan : Tidak ada
Masalah : Tidak ada
b. Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 1 kali sehari
Frekuensi gosok gigi : Setiap hari setelah makan dan
sebelum tidur malam
Frekuensi ganti pakaian : 2 kali sehari
Kebersihan vulva : Ibu selalu membersihkan vulva tiap
kali BAB dan BAK serta pada saat
mandi
Masalah : Tidak ada
c. Pola Eliminasi
- BAB
Frekuensi : 1-2 kali sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lembek agak keras
Masalah : Tidak ada
- BAK
Frekuensi : 3-4 kali sehari
Warna : Jernih kekuningan
Bau : Amoniak (pesing)
Masalah : Tidak ada
d. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum melahirkan
Tidur siang : ± 1 jam (13.00-14.00 WITA)
Tidur malam : ± 7 jam (22.00-05.00 WITA)
Masalah : Tidak ada
- Setelah melahirkan
Tidur siang : Tidak teratur waktu dan lamanya
Tidur malam : Tidak teratur waktu dan lamanya
Masalah : Ketidakteraturan waktu dan
lamanya tidur Ibu karena ibu harus
mengurus ekstra bayinya yang
sering rewel (karena lapar)
yang disebabkan ASI ibu yang
belum keluar karena adanya
bendungan ASI.
e. Pola Aktivitas
Ibu sudah mulai belajar melakukan aktivitas sesuai kemampuannya seperti duduk, berdiri, berjalan serta berlatih melakukan aktivitas-aktivitas ringan lainnya.
f. Pola Seksual
Sebelum melahirkan : 2-3 x seminggu
Setelah melahirkan : Tidak ada
Masalah : Ibu dan suami tidak melakukan hubungan
seksual karena ibu masih dalam masa nifas
dan ibu khawatir dengan luka jahitannya
8. Data Psikologis
Ibu merasa sangat bahagia dengan kelahiran anak pertamanya namun, Ibu juga merasa cemas dengan keadaannya saat ini.
9. Data Spiritual
Ibu tidak bisa melaksanakan shalat 5 waktu seperti biasa karena masih dalam masa nifas.
10. Data Sosial Budaya
Kebiasaan keluarga budaya Banjar dalam menyambut kelahiran seorang anak yaitu melakukan acara betapung tawar setelah tali pusat putus dan acara betasmiahan pada usia anak 40 hari.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Emosional : Terlihat cemas
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,80C
Respirasi : 24 x/menit
2. Pemeriksaan Kebidanan
Kepala / Rambut : Lurus, hitam, bersih, tidak rontok
Muka : Tidak oedema, tidak pucat
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada cairan
yang keluar, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : Bersih, bibir tidak pucat, bibir tidak
pecah-pecah, lidah bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries dentis,
gigi tidak berlubang
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada infeksi
dan peradangan, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Tyroid dan getah bening serta tidak
ada pelebaran vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid,
getah bening dan tidak ada
pelebaran vena jugularis.
Mamae : Payudara simetris kanan kiri,
payudara membesar, bengkak dan
merah mengkilap, puting susu
teregang hampir rata, areola
menonjol, terdapat nyeri tekan pada
payudara, payudara teraba
keras, terasa panas, tidak terdapat
benjolan yang abnormal serta ASI
belum keluar
Abdomen :
- Tidak ada luka bekas operasi (luka sikatrik), terdapat linea alba dan striae gravidarum
- Involusi uterus
• TFU : 4 jari di bawah pusat
• Kontraksi : Baik
Genitalia :
- Pengeluaran pervaginam
• Lochea : Rubra
• Banyaknya : Normal, 2 x ganti tella / hari
(± 50 cc)
• Bau : Amis
- Perineum dan anus
• Oedema : Tidak ada
• Jahitan : Ada, jenis jelujur
• Keadaan luka : Semakin kering dan membaik
• Tanda peradangan : Tidak ada
• Pus : Tidak ada
Ekstrimitas : Kuku jari tangan dan kaki tidak
anemis, tidak ada oedema dan
tidak terdapat varises
3. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
II. ASSESMENT
Ibu post partum hari ke-2 dengan bendungan ASI.
III. PLANNING
1. Membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bidan, yaitu dengan cara memberikan pelayanan yang baik, bersikap ramah dan sopan, berbicara menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, serta menjaga privacy ibu. Hubungan antara ibu dan bidan sudah terjalin baik.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, yaitu: keadaan ibu sedikit lemah, payudara terlihat bengkak dan merah mengkilap, terasa keras, panas dan terdapat nyeri tekan pada payudara, tanda vital: TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 37,80C, TFU 4 jari dibawah pusat, kontraksi baik, jumlah lochea rubra normal (± 50 cc), dan dari hasil pemeriksaan, ibu mengalami bendungan ASI. Hasil pemeriksaan sudah diberitahukan kepada ibu dan ibu sudah mengetahui keadaannya.
3. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar. Penjelasan sudah disampaikan dan ibu sudah mengerti.
4. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan. Penjelasan sudah diberikan dan ibu sudah mengerti.
5. Memberikan ibu pengobatan, yaitu:
- Paracetamol 500 mg sebanyak 9 tablet dengan dosis 3 x sehari untuk mengurangi keluhan demam dan nyeri pada payudara ibu
- Amoxicilin 500 mg sebanyak 9 tablet dengan dosis 3 x sehari untuk mencegah infeksi lebih lanjut (mastitis dan abses) pada payudara ibu
- Vit C 3x1 untuk menjaga dan memperbaiki daya tahan tubuh ibu
- Laktavit 500 mg sebanyak 6 tablet dengan dosis 2 x sehari untuk memperlancar produksi ASI.
Obat-obatan telah diberikan dan ibu sudah mengerti cara minum obat dan kegunaannya.
6. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu:
- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
- Pakai bra yang dapat menyangga payudara
Ibu sudah mengerti dan berjanji akan melakukannya.
7. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara, yaitu:
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
- Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
Ibu sudah mengerti dan berjanji akan melakukannya.
8. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu:
- Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya sebelum menyusui
- Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi
- Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat menggunakan sandaran pada punggung
- Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih
- Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang areola
- Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang satunya
- Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada puting
- Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung dan muntah
Ibu sudah mengerti dan berjanji akan melakukannya.
9. Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu :
- Ibu mencuci tangan hingga bersih
- Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan pada payudara
- Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara
- Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu
- Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI dibawah areola
- Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
10. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain. Ibu sudah mengerti dan berjanji akan melakukannya.
11. Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara. Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
12. Menjelaskan pada ibu manfaat menyusui dapat memperlancar produksi ASI, mendekatkan hubungan batin ibu dan bayi serta mengurangi resiko kanker payudara. Penjelasan sudah diberikan dan ibu sudah mengerti.
13. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan dalam bentuk SOAP. Asuhan yang diberikan telah di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Rabu, 21 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ayo mana lagi posting tentang bidannya lagi???
BalasHapusTerimakasih banyak untuk artikelnya, sangat mebantu sekali..
BalasHapus